Jangan anggap enteng gaya hidup masyarakat yang kental dengan alcohol serta rokok (sekalipun pemerintah telah menggalang berbagai gerakan anti rokok ditempat tempat umum). Bebasnya penjualan alkohol di kota-kota besar misalnya seperti di Jakarta, Bali serta beberapa kota besar lainnya di Indonesia yang memiliki kecenderungan life-style yang masih saja dekat dengan alkohol serta rokok. Hukuman terhadap perokok ditempat umumpun belum terdengar gencar dan sulit pelaksanaanya.
Rokok dan alkohol harus diakui memang masih ada disekitar kita serta berbagai bahaya akibat penggunaanya. Masyarakat mengenal bahaya alkohol dan rokok cenderung pada penyakit jantung, kemandulan, ganguan pernafasan dan lain-lain. Namun masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahwa penggunaan alkohol serta nikotin pada rokok juga mengakibatkan gangguan pada otak sehingga mengakibatkan gangguan kejiwaan atau mental. Salah satu efek penggunaan rokok dan alkohol dalam jangka panjang adalah sebagai salah satu penyebab penyakit kejiwaan yaitu skizofrenia.
Skizofrenia merupakan penyakit
otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada
dopamin, yaitu salah satu
sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa
psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan
delusi (keyakinan yang salah) dan
halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).
Skizofrenia dengan penyalahgunaan alkohol kira kira 30% sampai 50%, kanabis 15% sampal 25% dan heroin, kokain, amfetamin 5%-10%. Sebagian besar penelitian menghubungkan hal ini sebagai suatu indikator prognosis yang buruk karena penyalahgunaan zat menurunkan efektivitas dan kepatuhan pengobatan. Hal yang biasa kita temukan pada penderita skizofrenia adalah adiksi nikotin, dikatakan 3 kali populasi umum (75%-90% vs 25%-30%). Penderita skizofrenia yang merokok membutuhkan anti psikotik dosis tinggi karena rokok meningkatkan kecepatan metabolisme obat tetapi juga menurunkan parkinsonisme.
Ciri-ciri penderita skizofrenia :
Indikator
premorbid (pra-sakit)
pre-skizofrenia antara lain ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh. Penyimpangan komunikasi : pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial). Gangguan atensi : penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi. Gangguan perilaku : menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.
Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi dua kelas:
- Gejala-gejala Positif
Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain.
- Gejala-gejala Negatif
Gejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia).
Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodromal, fase aktif dan fase residual. Pada fase prodromal biasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan “orang ini tidak seperti yang dulu”. Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya.
Pada fase aktif gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif / psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas, pendenta skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial).
Perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor
predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian
paranoid atau kecurigaan berlebihan, menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan kepribadian
skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyendiri. Pada gangguan
skizotipal orang memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang tidak biasa, pikiran
obsesif tak terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet atau
stereotipik yang termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren.